Ambon, BM – Ketua TP-PKK Provinsi Maluku, Widya Pratiwi Murad Ismail (MI) berharap, operasi bibir sumbing dan lelangit yang dilaksanakan di RSUD dr. H. Ishak Umarella, dapat memberikan dampak yang manis bagi anak-anak.
Demikian dikatakannya, saat meninjau pelaksanaan Bakti Sosial Operasi Celah Bibir dan Lelangit, dalam rangka peringatan HUT Provinsi Maluku ke-77 Tahun, di RSUD dr. H. Ishak Umarela, Kamis, (11/8/2022).
Operasi bibir sumbing dan lelangit ini, diinisiasi oleh TP-PKK Provinsi Maluku, yang bekerja sama dengan bekerjasama dengan Yayasan Celebes Cleft Center, Persatuan Ahli Bedah Mulut dan Maksilofasial Indonesia, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hasanuddin, Smile Train Indonesia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dan seluruh anggota tim operasi bibir sumbing dari RSUD dr. H. Ishak Umarella.
Adapun pasien yang akan menjalani operasi yakni, 7 orang dari Kota Ambon, 5 orang dari Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), 4 orang dari Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), 1 orang dari Sanana, Provinsi Maluku Utara, 4 orang dari Kabupaten Buru, 2 orang dari Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan 1 orang dari Kabupaten Seram Bagian Timur.
Kegiatan Screening atau pemeriksaan awal dimulai sejak tanggal 9 – 13 Agustus 2022, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan operasi mulai Kamis (11/08/2022) hingga Minggu (14/08/2022) mendatang oleh tim bedah mulut dari Makassar.
Dalam sambutannya, Ketua TP-PKK Provinsi Maluku, Widya Pratiwi MI mengatakan, bibir sumbing adalah kondisi dimana terdapat celah bibir bagian atas dan langit-langit mulut.
Kondisi ini, lanjutnya, merupakan kelainan bawaan yang sering kita jumpai di masyarakat dengan angka kejadian sekitar 1 : 500 pada orang Asia, dimana berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 memperlihatkan proporsi kelainan celah langit pada anak usia 2 – 5 tahun sebesar 0,12 %.
“Di Indonesia umumnya dan Indonesia Timur khususnya penelitian secara khusus insidensi celah bibir dan lelangit belum dilakukan. Akan tetapi diperkirakan angka kejadiannya lebih tinggi, dimana jika kondisi ini tidak diperbaiki sedini mungkin, maka dapat memberi dampak pada berbagai segi kehidupan baik itu sosial maupun ekonomi,” kata Widya.
Ia menjelaskan, dari segi kesehatan, kelainan yang berat dapat berpengaruh pada terganggunya kemampuan makan dan minum anak, sehingga dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan gizi buruk maupun stunting. Sedangkan dari segi psikososial, anak akan cenderung merasa minder saat bergaul dengan teman sebayanya.
Selain itu, kesulitan dalam berartikulasi dengan baik membuat anak segan untuk membangun komunikasi dengan lingkungan sosialnya, dimana tidak sedikit yang lebih memilih untuk menutup diri atau bahkan memilih untuk tidak pergi ke sekolah.
Hal ini juga, kata Widya, dapat berdampak pada sisi ekonomi keluarga dalam hal peluang pekerjaan dari anak-anak ini kelak. Ia tentu sangat prihatin dengan kondisi ini dan berharap agar anak-anak ini, dapat segera mendapat penanganan yang sesuai sebagaimana mestinya.
“Untuk itu, pada kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah secara sukarela berperan serta pada kegiatan ini. Langkah kecil yang dilakukan ini, sekiranya dapat memberi dampak kebaikan yang besar untuk anak-anak,” harap isteri Gubernur Maluku ini.
Dirinya pun berharap, kegiatan ini maupun kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya dapat terus terlaksana dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat dan stakeholder yang terkait.
“Apa yang bapak ibu lakukan kelak dapat berbuah senyuman manis yang terpancar dari wajah anak-anak ini, anak-anak yang kelak menjadi generasi penerus yang membangun Maluku, negri kita tercinta. Masa depan yang cerah telah menanti anak-anak kita. Mari sama-sama kita antar mereka menuju ke sana,” harapnya.
Usai menyampaikan sambutannya, Widya didampingi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Maluku Meikyal Pontoh dan Direktur RSUD dr. H. Ishak Umarela, dr. Dwi Murti Nuryanti, menyerahkan bingkisan kepada enam perwakilan pasien.
Selanjutnya, Widya Pratiwi MI kemudian melakukan peninjauan kamar operasi. Namun sebelum pihak dokter melakukan tindakan operasi, pasien diharuskan mencikur area yang akan dibedah dan diberi obat pencahan atau klisma, namun dikecualikan bagi pasien cito, kemudian dilakukan pelepasan asesoris atau gigi palsu, dan kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang seperti X-Ray, EKG, USG (jika ada) dan hasil laboratorium, dimana selanjutnya pasien dibawa ke ruang perawatan anak. (KRI)
Komentar