oleh

Sadali Harap Pukul Sapu Lidi Dapat Dipromosikan Lebih Luas

Ambon, BM – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Maluku, Ir. Sadali Ie, M.Si., IPU, menghadiri acara adat Pukul Sapu Lidi di Negeri Morela dan Mamala, Senin, (09/05/2022).

Tradisi Pukul Sapu ini, dilaksanakan setiap tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri, dimana tradisi ini sudah menjadi turun temurun sejak tahun 1646.

Awalnya Sadali terlebih dahulu menghadiri atraksi Pukul Sapu Lidi di Negeri Morela, dimana pada saat berada di arena pementasan, dirinya bersama Raja Negeri Morela, Fadil Sialana dan beberapa para tokoh adat menyulutkan obor pertanda atraksi akan dimulai.

Selanjutnya, Sekda Maluku itu kemudian menghadiri atraksi yang sama di Negeri Mamala. Disini, ia diberi kesempatan untuk memukul tubuh salah satu peserta atraksi dengan batang lidi ‘enau’ yang berukuran besar (lingkaran pangkal 0,5 cm dan bonggolnya selebar 3-5 cm), sebagai tanda dimulainya acara.

Dalam sambutannya, Sadali mengatakan, atraksi ini adalah aset pariwisata yang unik dan istimewa, dimana atraksi ini tidak ada di tempat lain, sehingga perlu dikemas dalam kreasi dan inovasi yang semakin menarik agar menjadi lebih terkenal dan diminati oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara.

“Saya berharap atraksi Pukul Sapu Lidi ini dapat terus menjadi agenda pariwisata nasional, yang mesti didorong dan dipromosikan secara lebih luas,” harap Sadali.

Ia mengatakan, acara adat Pukul Sapu Lidi adalah sebuah warisan budaya leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi. Acara ini menjadi berbeda dan sangat istimewa karena dilakukan pada hari ketujuh setelah perayaan Idul Fitri, dan tidak ditemukan di daerah lain.

“Bahkan memiliki nilai historis berharga. Maka menjadi tugas dan kewajiban kita, untuk menjaga kewarisannya secara berkelanjutan kepada anak cucu masa kini dan depan,” kata Sadali.

Menurutnya, acara ini sebagai warisan budaya para leluhur dengan nuansa keagamaan yang kental, merupakan nilai historis dan penjelmaan dari jiwa keberanian yang terus tertanam dalam karakter anak-anak Maluku pada umumnya, dan generasi Negeri Mamala/Morela (Jazirah) pada khususnya, dalam menjaga dan melestarikannya secara turun-temurun.

“Semangat dan daya juang setiap peserta yang terlibat dalam atraksi ini akan termotivasi untuk tetap bertahan sambil terus melakukan perlawanan di setiap kesempatan,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Sekda Sadali, sikap memaafkan dan berdamai di akhir atraksi ini, dapat dilihat saat setiap peserta akan saling membantu mengoles minyak (Mengobati) pada luka di tubuh masing-masing.

“Ini bentuk keteladanan hidup yang harus terus diwariskan anak cucu, bahwa walau kita berbeda, hal itu menjadi lumrah dalam relasi sosial sebagai komunitas masyarakat. Disini kita belajar bahwa ketika menghadapi persoalan, jangan mudah menyerah. Tetaplah bertahan dan semangat untuk mendapatkan hasil terbaik,” tutup Sekda.

Sementara itu, ditempat yang sama, Wakil Bupati Maluku Tengah (Malteng), Marlatu L. Leleury mengatakan, atraksi Pukul Sapu Lidi memiliki keunikan tersendiri. Selain karena merupakan tradisi masyarakat di setiap tanggal 7 Syawal, acara ini juga menjadi pagelaran yang paling ditunggu-tunggu masyarakat Maluku termasuk wisatawan lokal dan mancanegara.

“Olehnya itu, atas nama Pemerintah Kabupaten Malteng, kami menyampaikan penghargaan atas digelarnya kembali acara adat ini. Mudah-mudahan dapat menjadikan kita sebagai generasi yang tidak akan pernah melupakan sejarah, tradisi dan budaya,” kata Leleury. (KRI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *