Ambon, BM – Presiden RI Joko Widodo pada 15 September 2022 lalu, melakukan kunjungan kerja ke beberapa daerah di Maluku, yakni Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), Kepulauan Aru dan Maluku Barat Daya (MBD).
Saat berada di Kabupaten MBD, orang nomor satu di Indonesia itu sempat bertemu dan berdialog dengan para peternak kerbau Moa di Desa Werwaru, Pulau Moa.
Dalam pertemuan tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta itu, memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Basuki Hadimuljono untuk membangun embung guna mengatasi kekurangan air akibat masalah kekeringan berkepanjangan yang terjadi di kabupaten tersebut.
Pembangunan embung tersebut dibutuhkan para peternak, dikarenakan selain untuk memenuhi kebutuhan minum ternak kerbau Moa, juga dapat berfungsi sebagai kubangan tempat kerbau berendam.
Para peternak kerbau di Desa Werwaru mengaku kepada Presiden bahwa ternak mereka banyak yang mati, bahkan jumlahnya mencapai ribuan dalam setahun, disebabkan karena perubahan iklim, terutama musim kemarau yang mencapai lebih dari delapan bulan.
Untuk merealisasikan janji Presiden Joko Widodo tersebut, Dinas Pertanian Provinsi Maluku meningkatkan koordinasi terkait pembangunan embung di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).
“Kami sedang berkoordinasi dengan Dinas PUPR Maluku maupun Kabupaten MBD untuk menindaklanjuti janji Bapak Presiden kepada peternak kerbau Moa di kabupaten MBD,” kata Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Maluku, Ilham Tauda, Kamis (03/11/2022) di Ambon.
Ia menegaskan, kerbau Moa merupakan salah satu ternak yang ditetapkan pemerintah sebagai plasma nuftah di Indonesia, karena tergolong hewan yang bisa bertahan hidup di lingkungan ekosistem kering dan gersang maupun dengan tingkat kekeringan ekstrem.
Tauda yang saat diwawancarai didampingi Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Maluku Fahmi Yusuf, mengatakan, Presiden telah menjanjikan membangun 11 embung di Pulau Moa, atau satu desa satu embung untuk membantu para peternak di 11 desa di Pulau itu mengembangkan kerbau Moa.
Ia menjelaskan, saat ini hanya terdapat satu embung yang fungsional sebagai tempat minum dan berendam ratusan ekor kerbau para peternak di Pulau Moa.
“Ukurannya sekitar 15×15 meter persegi dan mampu menampung 200 hingga 300 ekor kerbau moa untuk berendam,” katanya.
Walaupun merupakan plasma nuftah yang mampu bertahan di tengah cuaca panas ekstrem, lanjutnya, namun musim kemarau terjadi secara berkepanjangan, maka tetap akan mengancam kelestarian ternak ruminansia Indonesia itu.
“Sekalipun kerbau Moa tahan hidup di tempat kering dan ekstrem, namun jika musim kering berkepanjangan, maka tidak ada tempat untuk kerbau berendam mendinginkan dirinya. Hal itulah yang akan mengancam kelestarian kerbau moa,” katanya.
Menurutnya, tim dari Kementerian PUPR juga telah turun ke Pulau Moa untuk melakukan survei lokasi pembangunan embung dan menentukan titik air yang dibutuhkan.
“Mudah-mudahan pembangunan embung ini dapat segera dilakukan, agar pelestarian hewan ternak ini tetap terjaga dan menjadi sumber pendapatan bagi para peternak di Pulau Moa,” katanya. (KRI)
Komentar