Ambon, BM – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku, melalui Dinas Pertanian setempat, mulai mengembangkan komoditas kedelai di atas lahan seluas 4.750 hektar, yang terletak di tiga kabupaten yang ada provinsi tersebut, guna mendukung peningkatan produksi komoditas unggulan itu secara nasional.
Ketiga Kabupaten tersebut, yakni Maluku Tengah (Malteng), Seram Bagian Timur (SBT) dan Maluku Tenggara (Malra), dimana penanamannya akan dilakukan secara serempak dalam waktu dekat.
“Komoditas kedelai akan dikembangkan di tiga daerah, yakni Malteng, SBT dam Malra. Penamannya seretak dalam waktu dekat ini,” demikian dijelaskan Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Provinsi Maluku, Ilham Tauda, Kamis (03/11/2022) di Ambon.
Ia merincikan, adapun luas area pengembangan kedelai di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Malteng, yakni 3.250 hektar. Sedankan di SBT 1.000 hektar, dan Malra seluar 500 hektar.
Menurutnya, pengembangan kedelai di Maluku merupakan bagian dari rencana program Kementerian Pertanian (Kementan) dalam rangka memfasilitasi pengembangan kedelai seluas 52 ribu hektar, yang menggunakan pola offtaker sebagai avalis pembiayaan.
Maluku, kata Tauda, termasuk dalam salah satu wilayah prioritas pengembangan komoditas kedelai, yang ditetapkan Kementan, sehingga Pemprov Maluku dalam hal ini Dinas Pertanian berkewajiban mendorong petani untuk lebih serius membudidayakannya.
“Pengembangan kedelai di Maluku, prospeknya sangat bagus. Hanya saja selama ini dikembangkan dalam skala terbatas, yakni untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga saja, dan hasilnya sangat kecil,” katanya.
Ditambahkannya, dikarenakan telah menjadi daerah prioritas, maka pengembangan kedelai di atas lahan seluas ribuan hektare tersebut, mendapat bantuan dari Kementan, berupa bibit, pupuk maupun alat mesin pertanian (alsintan).
Ia menambahkan, mengingat saat ini Maluku termasuk daerah prioritas, maka Dinas Pertanian Maluku terus memotivasi petani untuk serius mengembangkan tanaman kedelai, termasuk mendapatkan bantuan khusus dari Kementerian Pertanian.
“Bantuan pengembangan kedelai ini atas permintaan Gubernur Maluku Murad Ismail saat beberapa kali bertemu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang telah meresponsnya dengan memberikan paket lengkap untuk Maluku baik bibit, pupuk hingga alsintan,” katanya.
Menyangkut produktivitasnya, Tauda mengatakan, diperkirakan mencapai 1,7 ton per hektar, dimana jika seluruh lahan yang dikembangkan berhasil maka total produksi diperkirakan mencapai 6.500 hingga 8.000 ton dalam sekali panen.
Dengan tingkat produksi sebanyak itu, lanjut Tauda, maka dapat memenuhi kebutuhan kedelai di provinsi Maluku, disamping dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan di daerah lain.
“Mengenai pemasarannya akan ditangani offtaker yang ditunjuk untuk pengembangan kedelai di Maluku, agar para petani tidak takut hasil panennya tidak terserap pasar,” pungkasnya.
Menurutnya, sekalipun menggunakan skema offtaker, namun pihak perusahaan asuransi termasuk perbankan masih sangat berhati-hati dalam menangani pembiayaannya, mengingat kedelai merupakan komoditas yang baru dikembangkan dalam skala besar di Maluku, yang dianggap berpotensi gagal.
“Jadi bank maupun asuransi masih sangat berhati-hati damam pembiayaan. Tapi petugas lapangan akan membantu dan memotivasi para petani agar pengembangannya berhasil,” ucapnya.
Untuk mengatur rantai pasok alur masuk keluar komoditas, Tauda mengatakan, Dinas Pertanian bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mengatur hal tersebut.
“Agar produksi kedelai petani di Maluku dapat terserap dengan baik, termasuk menggandeng distributor untuk memasarkan ke luar daerah,” katanya. (KRI)
Komentar