oleh

Filosofis Orlapey ddalah Tarian Pergaulan, Sebagai Wujud Keterbukaan Menyambut Tamu

Jakarta, BM – Secara filosofis Orlapey adalah tarian pergaulan, yang mana sebagai wujud keterbukaan menyambut tamu atau siapa saja yang datang.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Penghubung Provinsi Maluku, Syaiful Indra Patta, sebagai perwakilan Provinsi Maluku pada salah satu stasiun TV Nasional melalui program khusus “Bunga Khatulistiwa” dengan tema “Pengaruh Budaya Asing Dalam Kesenian Indonesia”, belum lama ini di Jakarta.

Patta menjelaskan, akulturasi budaya Portugis dalam kesenian di Ambon dan Maluku pada umumnya, terutama dalam tarian kesenian Orlapey dipentaskan dalam menyambut tamu kehormatan.

“Menurut literatur, tarian ini dilakukan dalan menyambut pembesar Portugis yang datang ke Ambon,” ungkapnya.

Konon Orlapey dipopulerkan oleh tentara-tentara Portugis dalam pesta-pesta rakyat, sehingga disaksikan warga Ambon. Kemudian dikembangkan secara turun-temurun dalam tradisi seni tari di Maluku.

Secara filosofis Orlapey adalah tarian pergaualan, sebagai wujud keterbukaan menyambut tamu atau siapa saja yang datang. Orlapey biasanya ditarikan berpasangan perempuan dan laki-laki, sehingga memiliki angka genap, lazimnya 8 penari, dimana gerakan khas tarian Orlapey adalah formasi kaki menyilang, yang dipentaskan secara berpasangan.

Selain Orlapey, ada juga tarian Katrejie, yang juga merupakan akulturasi budaya asing. Kedua tarian ini masih tetap lestari dalam tradisi kesenian masyarakat Maluku.

Patta berharap, kepada seluruh masyarakat Maluku untuk selalu memiliki rasa bangga dan perlu terus kita lestarikan seni dan budaya orang Maluku melalui berbagai event baik lokal, nasional maupun internasional sehingga dapat menarik semakin banyak orang datang ke Ambon dan Maluku, agar bisa menyaksikan panorama alam dan pertunjukan seninya di Maluku.

Patta menyampaikan apreseasi yang tinggi dari Gubernur Maluku, Bapak Murad Ismail kepada salah satu stasiun TV Nasional yang telah memberikan kesempatan kesenian Maluku dipentaskan dan dibahas dalam program “Bunga Khatulistiwa”.

” Sehingga ini lebih memperkenalkan lagi budaya Maluku kepada khalayak,” tutupnya. (BM-02)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *