oleh

Widya Pratiwi MI Buka CTS

Ambon, BM – Ketua Dekranasda Maluku, Widya Pratiwi Murad Ismail (MI), Sabtu (23/02/2022), membuka secara resmi Creative Talk Show (CTS) yang berlangsung di Aula lantai 4 Fakultas MIPA Unpatti Ambon.

Kegiatan yang bertujuan untuk membuka ruang berkolaborasi dengan anak-anak muda Maluku termasuk para mahasiswa, yang dirangkai dengan Maluku Festival Ramadhan (MAFERA) Tahun 2022 itu, mengusung tema “Mengoptimalkan Kreativitas Inovasi dan Networking di Era Digital”.

Talk show yang dipandu Putri Anjani Hatuina itu, menghadirkan para pembicara antara lain, Ketua Dekranasda Maluku Ny. Widya Pratiwi Murad, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Maluku, Djalaludin Salampessy, Rektor Unpatti Ambon M. J. Saptenno, Founder/CEO/IndoEast Network M. Ikhsan Tualeka, NZMATES Programme – Mercy Crops Indonesia Dintani Naimah dan CEO Pigi Pasar Febe Binnedyk.

Pada kesempatan tersebut, isteri Gubernur Maluku itu, berbagi tips kepada para mahasiswa dalam menghadapi tantangan dan perubahan di Industri era sekarang.

Pandemi Covid-19, kata Widya, telah memaksa semua orang, termasuk mahasiswa untuk memaksimalkan teknologi digital dalam menjalankan berbagai aktivitas, mulai dari bekerja dari rumah (work from home), sekolah/kuliah dari rumah sampai meningkatnya aktivitas jual-beli online.

“Mudah-mudahan ilmu yang disampaikan oleh narasumber, dapat adik-adik dengarkan dengan baik dan melakukannya. Serap baik-baik, fokus untuk mendengarkan, agar kalian bisa berpikir kedepan, kira-kira apa yang bisa dijadikan untuk usaha,” katanya.

Menurutnya, pemuda (Mahasiswa) dibutuhkan di semua bidang, bukan hanya di era digital namun di pemerintahan, kesehatan, usaha dan sektor – sektor lainnya.

Sebab, lanjutnya, kreatifitas pemuda akan menjadi kunci dalam menjadi bagian pembangunan bangsa dan negara. Lewat kreatifitas, akan ada inovasi – inovasi yang nantinya akan menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat.

“Tidak usah muluk-muluk, untuk menjadi pebisnis itu tidak perlu modal besar. Itu semua adalah hal-hal yang sebenarnya bisa, semua tergantung dari diri kita. Komitmen itu yang penting,” tutur Widya.

Ia menjelaskan, sebagai mahasiswa, sebaiknya beradaptasi dengan cepat dalam merespon perubahan dan tantangan. Sebab jika bergerak lambat, bisa kehilangan peluang dalam menunjukan karya.

Selain itu, tambahnya, kemampuan berempati antar sesama tidak bisa digantikan dengan teknologi apapun, dimana mahasiswa bisa melatih empati dengan banyak berdiskusi dengan orang – orang baru yang memiliki latar belakang berbeda, lalu membangun relasi.

“Anak-anak sekarang peluangnya lebih besar ketimbang zaman kami di era dulu. Kalian masih muda, masih punya potensi, gali kemampuan diri kalian. Andai kalau satu dua orang tidak mampu untuk usaha, boleh berkelompok. Tapi harus sama-sama berkomitmen,” jelas Widya.

Di akhir arahannya, Widya menekankan, bila setiap hari inovasi dan perubahan akan terus berdatangan. Mahasiswa pun dituntut untuk cepat beradaptasi. Untuk itu, tidak boleh berhenti belajar, sekalipun sudah tidak lagi berstatus mahasiswa nantinya.

Hal ini, kata Widya, disebabkan dengan belajar merupakan proses yang akan terus dilalui selama mereka hidup.

“Jangan malu dan gengsi untuk belajar tentang teknologi terkini dari orang–orang sekitar bahkan yang lebih junior. Mereka bisa mempelajari dan bertanya tentang menggunakan aplikasi yang lagi ramai dipakai di era sekarang, untuk lebih memahami potensi pasar milenial dan apa yang sedang disukai,” ungkapnya.

“Itu adalah motivasi ibu. Jadi tolong komitmen. Kalian harus bisa dan bisa. Jangan kecil hati dengan kondisi dan keadaan orang tua kita yang sederhana. Berusahalah, peluang sekarang banyak. Bisa ambil teritorial di YouTube,” tutup Widya. (KRI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *